BERTANI KEMBALI KE ALAM

Minggu, 19 Desember 2010


Seiring kesadaran manusia akan kelestarian alam semesta, kini muncul kesadaran bahwa segala sesuatu harus dikembalikan ke alam (mengikuti proses alamiah ~ Sunnatullah), demikian pula dalam pola bercocok tanam.

Dewasa ini muncul kesadaran betapa bahayanya pertanian yang mengandalkan pupuk kimia dan pestisida.

Alasannya, bahwa penggunaan pupuk kimia dan pestisida telah merusak tanah dan lingkungan, sehingga akan menurunkan produksi tanaman. Pupuk an-Organik (kimia buatan pabrik) yang digunakan secara terus menerus dalam takaran yang selalu ditingkatkan, menyebabkan menurunnya daya dukung tanah, sehingga penambahan jumlah pupuk ke lahan tidak lagi dapat meningkatkan hasil panen.

Pestisida yang digunakan secara terus menerus tanpa pandang bulu, akan menyebabkan hama dan penyakit menjadi kebal / imun, dan akibatnya akan melahirkan hama dan penyakit baru yang jauh lebih tangguh dari sebelumnya.
Varietas unggul baru yang selalu diperkenalkan untuk mengatasi hama dan penyakit baru, belum juga dapat menjawab permasalahan yang ada, bahkan cenderung menyingkirkan penggunaan varietas unggul lokal.

Dampak negatif penggunaan pestisida dan pupuk an-Organik (kimia) merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi munculnya Pertanian Organik atau Pertanian kembali ke alam, yaitu bertani tanpa menggunakan pupuk buatan pabrik, pestisida maupun tanpa zat pengatur tumbuh tanaman. Dalam pertanian organik, petani diharuskan bekerjasama dengan alam, bukan memanfaatkan alam dengan cara menaklukkannya. Prinsip bertani secara alami adalah tanpa pengolahan lahan, karena tanah mengolah dirinya sendiri lewat daya tembus akar, aktivitas micro-organisme, binatang-binatang kecil, termasuk cacing penyubur tanah, tanpa pupuk kimia, karena pupuk kimia terbukti merusak hara penting dalam tanah dan akan terus menggerogoti kesuburan tanah. Padahal kalau tanah dibiarkan pada keadaannya sendiri, maka tanah akan menjaga kesuburannya sendiri, sesuai dengan daur yang teratur dari tumbuhan dan binatang.

Gulma tidak perlu dibasmi, karena gulma dan tanaman liar memainkan peranannya sendiri dalam membangun kesuburan tanah dan dalam mengembangkan komunitas biologis. Gulma sebaiknya dikendalikan, bukan dimusnahkan.

Bertani yang tidak tergantung pada bahan kimia, caranya dilakukan dengan cara menanam tanaman yang kuat pada suatu lingkungan yang sehat. Serangga dan hama pengganggu yang merugikan pasti selalu ada, tapi bukan harus membasminya dengan menggunakan bahan kimia beracun.

Bila proses pertumbuhan tanaman berjalan secara alamiah, tanpa banyak rekayasa akan menghasilkan produk yang berkualitas. Bila zat hara seimbang, tidak dominan, maka tanaman akan mendapatkan makanan yang lengkap, hasilnya komponen yang terkandung pada daun dan buah akan Ideal, karena bebas dari residu kimia.

0 komentar: