Mangga Gedong Gincu

Kamis, 22 Desember 2011

Mangga gedong gincu merupakan buah mangga khas di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Buah ini, menurut riwayat, awalnya tumbuh subur dan berkembang luas di Desa Lobener, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Oleh karena itu, mangga gedong gincu merupakan ikon dari daerah di Pantura Jawa Barat tersebut.

Buah ini sangat khas, selain bentuknya relatif bulat, juga ada bulatan merah di pangkal buah yang kemudian disebut dengan gincu. Rasanya sangat khas. Campuran antara manis dan asam, serta aroma wanginya yang mengundang selera. Disebut gedong karena awalnya buah ini merupakan konsumsi orang kaya (gedongan).

Kini, buah ini dikembangkan secara luas, tak hanya di Indramayu, tetapi juga di Majalengka, Cirebon, dan Kuningan. Buah ini juga sudah diekspor ke mancanegara. Bahkan termasuk buah pilihan menu pencuci mulut bagi para Presiden Amerika Serikat di Gedung Putih.

Keistimewaan Mangga Gedong Gincu
Pohon, tinggi mencapai 25 m dengan garis tengah batang 75 cm. Kulit batang coklat abu-abu dan berlekahan. Daun tunggal, berseling, jorong sampai lanset, kaku menyerupai kulit. Daun muda kemerahan. Perbungaan tersusun malai, jumlah bunga banyak sekali, hijau kekuningan.
Bentuknya yang bulat, dengan kulit yang tebal dengan rasa yang manis serta kenyal, ditambah lagi dengan aroma berbau harum yang ditimbulkan dari buahnya ketika mulai matang, menjadi pemicu bagi penggila mangga berhasrat untuk menikmati buah yang lahir “kemarin sore” ini. Warna bulatan merah ,kuning cerah ,merah keunguan yang menghiasi pangkal buahnya, semakin mempercantik fisik mangga jenis ini. Warna mangga ini akan semakin sempurna daya tariknya ketika sudah masuk dalam fase matang sempurna, warna kuning kemerahan layaknya warna gincu. Membiarkan mangga ini matang secara alami di pohon nya, membuat rasa manis yang dikandung dan warna yang memikat dari buah ini semakin menunjukan ke “cantikannya”. Biji satu dan dibagian dalamnya terdapat endokarpium.

Ekologi
Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Curah hujan optimum sekitar 1000 mm per tahun dengan musim kering lebih dari 3 bulan. Suhu udara optimumnya adalah 26 – 28◦ C dan pH tanah yang disukai untuk pertumbuhannya adalah 5,5 – 7.

Pembudidayaan
Mangga Gedong gincu banyak ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Perbanyakan tanaman umumnya dilakukan dengan cara mencangkok ataupun dengan mengecambahkan biji. Namun sekarang ini banyak yang melakukan dengan cara enten dan per-tunasan untuk kepentingan komersial.
Musim berbunganya pada musim kering dan umumnya sesudah 3 sampai 4 bulan kemudian buah telah masak. Musim panen mangga di Indonesia biasanya pada bulan Agustus sampai Oktober.
Standar kualitas Mangga Gedong Gincu
Standar Kualitas Mangga Gedong Gincu didasarkan pada :
* Ukuran buah (besar atau kecil), makin besar makin baik
* Warna pangkal buah (merah atau kuning), makin merah makin baik
* Tingkat kerusakan fisik (memar atau terkena hama pengakit) makin mulus makin baik
* Bentuk buah (berlekuk atau tidak berlekuk), tidak berlekuk makin baik
* Lapisan lilin (ada atau tidak), masih ada lapisan lilin makin baik
* Percikan getah pada kulit buah, makin sedikit getah yang menodai kulit buah makin baik.

Penyebab penurunan harga pada saat Panen Raya
* Penurunan harga ini disebabkan banyak eksportir yang masuk langsung ke penampung mangga. Dalam keadaan panen raya dilingkungan supermarket dan eksportir harga rata-rata hanya Rp8.000/Kg untuk grade A dan B, padahal normalnya harga jual ke supermarket mencapai Rp16.000/kg dan ekspor sekitar Rp17.000/Kg.
* Penurunan harga ini tidak terlepas dari peningkatan produksi di tingkat petani dan terbukti selama 50 hari terakhir pihaknya sudah memasarkan 180 ton, padahal pemasaran untuk supermarket dan ekspor sepanjang tahun 2006 hanya 113 ton.

Upaya mengantisipasi penurunan harga
* Pihak Eksportir hendaknya tidak masuk langsung ke penampung mangga.
* Petani mangga di daerah harus mampu mengembangkan teknologi yang memungkinkan mangga berbuah sepanjang tahun atau tak kenal musim atau “off season” ,sehingga produksi di saat panen raya tidak berlebihan.
* Perlunya pembinaan dari pihak Pemerintah setempat secara berkesinambungan mulai dari tingkat budidaya tanaman, proses produksi serta lingkungan pemasaran.

Negara tujuan ekspor mangga Cirebon terus bertambah

CIREBON: Negara tujuan ekspor mangga asal Cirebon, Jawa Barat ke Timur Tengah bertambah menjadi 12 negara, kata Ahmad Abdul Hadi, ekpotir mangga dari Cirebon.

Negara tujuan ekspor mangga dari Cirebon tahun ini sudah bertambah menjadi 12 negara,” katanya di Cirebon, Kamis.
Negara-negara tersebut minimal minta dikirim mangga sampai 30 ton per minggu, tetapi mangga yang dikirim dari Cirebon baru sekitar 10 ton per minggu, katanya.
Dia mengatakan, guna menjaga kuntinyuitas konsumen di Timur Tengah tersebut, kini pihaknya tetap mengekspor, kendati tidak dalam musim mangga.
Sekarang ada buah mangga di luar musim atau off season, dan harganya cukup mahal di tingkat petani, namun guna menjaga kelangsungan ekspor kendati tidak banyak mendapat untung kami tetap kirim,” katanya.
Dikatakannya, harga mangga ditingkat petani untuk mangga gedung sekitar Rp11 ribu per kilogram, sedangkan gedung gincu mencapai Rp20 ribu per kilogram.
Berbeda dengan harga musim panen yang biasanya berlangsung antara bulan September sampai Nopember harga gedung sekitar Rp6.000 per kilogram dan gedung gicu sekitar Rp12.000per kilogram.
"Oleh karena negera tujuan ekspor makin banyak, maka pengiriman yang tadinya seminggu sekali, kini sudah tiap hari," katanya.

 


0 komentar: