Pada dasarnya, ada tiga jenis jeruk komersial dan diunggulkan, yakni jeruk siem, jeruk keprok, dan jeruk besar (Citrus maxim Merr). Hingga kini, sudah dilepas lebih dari 41 varietas jeruk di
Syarat tumbuh jeruk yang harus diperhatikan di antaranya suhu optimum 25 -30° C serta curah hujan 1.900-2.400 mm/tahun dengan rata-rata 2-4 bulan basah dan 3-5 bulan kering. Tanah yang cocok bertekstur gembur, berpasir, hingga lempung berliat dengan kedalaman efektif lebih dari 60 cm. Tingkat keasaman tanah (pH) yang optimum sekitar 5--7.
Bibit yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan target pasar dan kondisi agroklimat tempat penanaman. Gunakan bibit yang sehat dan pertumbuhannya seragam. Tinggi bibit yang digunakan 80-100 cm dengan diameter batang 1-1.5 cm. Warna batang hijau tua kecokelatan, bentuk batang lurus, dan tidak bercabang. Warna daun hijau mengilap dan telah membentuk 3 flush (trubus).
lahan jeruk di daerah pasang surut |
1. PemupukanAplikasi pemupukan untuk kebun buah-buahan dilakukan tiga kali dalam setahun, yakni segera setelah panen dan pemangkasan dengan komposisi nitrogen (N) tinggi, menjelang tanaman berbunga dengan komposisi fosfor (P) tinggi, dan untuk mendukung pembesaran buah dengan komposisi kalium (K) tinggi.
Pemberian pupuk dapat dilakukan pada umur 6, 9, 12 bulan setelah tanam, dengan campuran pupuk berupa urea 250 g, TSP 250 g, dan KCI 300 g per pohon.
2. Pengairan
Jeruk keprok membutuhkan air yang cukup banyak untuk pertumbuhannya, meskipun memerlukan bulan kering selama 3-4 bulan. Kekurangan air pada masa vegetatif akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar. Sementara itu, kekurangan air pada masa generatif menyebabkan bunga dan buah rontok. Akibatnya, volume dan mutu produksi menurun.
Pengairan terutama diperlukan pada musim kemarau dan menjelang fase pembungaan dan pembentukan buah. Saat musim kemarau, kebutuhan volume air untuk pengairan sekitar 70-80 liter pohon/minggu. Pada fase produktif jumlahnya dikurangi menjad 40-60 liter/pohon/minggu dan dihentikan untuk merangsang pembentukan bunga.
Sistem pengairan tanaman jeruk dapat berupa pengairan permukaan, yakni penyiraman dilakukan di cekungan yang dibuat mengikuti bentuk tajuk pohon terluar atau air dialirkan melalui parit-parit di setiap sisi alur tanaman sesuai kebutuhan. Selain itu, ada sistem pengairan curah (sprinkle) dan pengairan tetes.
3. Pengendalian Gulma
Buang kotoran, dedaunan, dan ranting bekas pangkasan yang dapat mengundang kehadiran hama dan penyakit. Pangkas daun dan ranting yang sakit atau yang menunjukkan tanda-tanda terserang hama dan penyakit. Bakar buah-buahan yang busuk dan rontok termasuk pangkasan daun. Bersihkan rumput liar yang tumbuh dengan kored, cangkul, atau manual (tangan) untuk menghindari persaingan dalam penyerapan unsur hara. Selain itu, penggunaan herbisida dapat diaplikasikan, terutama untuk membersihkan gulma dalam jumlah banyak dan luas. Bersamaan dengan penyiangan, sebaiknya tanah di sekitar tajuk tanaman digemburkan. Upayakan jangan sampai merusak perakaran tanaman.
4. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tanaman sehingga tidak terlalu tinggi dan mudah dikelola, percabangan teratur dan kokoh, penerimaan cahaya matahari merata, memperbaiki kualitas buah (ukuran, warna, dan menurunkan rasa asam), memperbanyak tunas baru, dan mengurangi kerimbunan tanaman. Pemangkasan dilakukan sejak tanaman masih muda (70-80 cm) untuk membentuk pohon dan percabangannya. Dari batang utama, pelihara 3-4 cabang yang letaknya membentuk sudut yang seimbang antarcabang pada ketinggian yang berbeda.
Pangkas cabang yang tidak dikehendaki hingga pangkal cabang. Dari batang utama tersebut masing-masing dipelihara 3-4 cabang. Demikian seterusnya hingga terbentuk percabangan yang kompak dan kanopi pohon membentuk setengah kubah dengan penyebaran daun merata. Pemeliharaan selanjutnya bertujuan untuk menjaga bentuk pohon, membuang cabang atau ranting yang rusak, mati, dan berpenyakit, serta untuk mengatur pembungaan. Lakukan pemangkasan pemeliharaan berikutnya pada tanaman usia produktif. Cabang-cabang atau tunas liar yang tumbuh tidak pada tempatnya, misalnya di bawah percabangan pertama harus dibuang.
5. Penjarangan Buah
Penjarangan bertujuan agar buah tidak berdesakan dalam dompolan dan dapat mencapai ukuran maksimal. Penjarangan buah dilakukan sejak buah masih sebesar kelereng. Caranya, pilih dan singkirkan buah yang kurus, bentuknya tidak sempurna, serta terserang hama dan penyakit. Atur posisi buah agar tidak saling bergesekan atau terjepit ranting pohon yang dapat mengakibatkan kulit buah cacat.
* Artikel ini dikutip dari buku "Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia". AgroMedia Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar