Keputusan Menteri Keuangan (Menkeu) menaikkan tarif bea masuk (BM) sekitar 1.151 item produk impor barang konsumsi, diproyeksikan turut memukul penjualan produk-produk hortikultura.
Pasalnya, dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 132/PMK.010/2015 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan pembebanan Tarif BM atas Barang Impor, produk hortikultura seperti sayur mayur, buah, dan kacang dikenakan BM 20%.
Padahal, selama ini, Indonesia banyak mengimpor produk hortikultura tersebut. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), pada tahun 2014, volume impor produk hortikultura mencapai 400.000 ton. Celakanya, pada tahun ini, Kemdag menargetkan impor produk hortikultura naik 50% dibandingkan tahun lalu menjadi 600.000 ton.
Ramadhansyah Sakir, Sekretaris Jenderal Asosiasi Hortikultura Nasional (AHN) mengatakan, dengan kenaikan tarif BM, kinerja impor produk hortikultura bakal terganggu. Namun, efek yang paling dirasakan adalah kenaikan harga produk hortikultura di pasar dalam negeri. “Konsumen jadi korban kenaikan tarif bea masuk impor,” katanya kepada KONTAN, Selasa (28/7).
Karena itu, dia menilai kebijakan pemerintah menerapkan kenaikan tarif BM impor produk hortikultura kurang tepat. Apalagi, saat ini, Indonesia sedang dilanda gelombang panas El Nino yang menyebabkan kemarau panjang. Dampak El Nino berpotensi memangkas hasil panen hortikultura. Bahkan, hasil panen ini bisa anjlok setelah ada bencana letusan gunung Raung, Jawa Timur dan Sinabung di Sumatra Utara.
Ramadhansyah mencatat, akibat kekeringan dalam dua bulan terakhir, potensi gagal panen produk pertanian mencapai lebih dari 10%. Jika kekeringan ini berlanjut, potensi gagal panen bisa naik hingga 30%. Bila itu terjadi, masyarakat akan menanggung kenaikan harga produk hortikultura akibat minimnya pasokan.
Benny Kusbini, Ketua Dewan Hortikultura Nasional (DHN) menambahkan, bila pemerintah gagal memenuhi pasokan, di Agustus nanti, harga sayur mayur dan buah berpotensi naik. “Saya memprediksi akan terjadi lonjakan harga,” katanya. Sayang, Benny belum berani memprediksi besaran kenaikan harga.
Sumber: KONTAN
0 komentar:
Posting Komentar